Jadi Astronot Pertama Jepang Karena Mimpi

Mohri kecil adalah sang pemimpi. Keinginannya untuk bisa menggapai bintang dipupuknya sejak masih kanak-kanak. Siapa sangka, pria bernama lengkap Mamori Mohri itu, kini menjadi salah satu pria paling tersohor di negeri matahari terbit. Dia adalah astronot pertama asal Jepang.

Mohri mulai bercerita, bagaimana bisa menggapai mimpi-mimpinya itu, sejak usia belasan, dimana Mohri melihat video yang menayangkan kosmonot Rusia pertama, Yuri Gagarin. “Earth is Blue”, kata Yuri Gagarin dalam video yang ditonton Mohri kecil.

Kata-kata itu terus terbayang dan menginspirasi mimpinya untuk terbang ke Luar Angkasa. “Saya bermimpi pergi ke antariksa karena melihat Yuri Gagarin pergi ke Luar Angkasa,” seperti cerita Mohri yang dikutip dari techno.okezone.com, di Bogor, Rabu (11/7/2012).

Dia melihat berbagai video dan berbagai foto yang menunjukkan Bumi dari Luar Angkasa. Bumi yang biru terus memupuk mimpinya. Mohri pun terus menggapai asa-nya untuk bisa melihat Bumi dari Luar Angkasa secara langsung.

“Saya melihat video dan berbagai foto Bumi dari Luar Angkasa, tapi kemudian saya berpikir ini tidak mewakili kenyataan seperti yang saya melihat dengan mata telanjang,” imbuhnya.

Sayangnya, ungkap pria kelahiran 29 Januari 1948 ini, waktu itu hanya Amerika Serikat dan Rusia yang memiliki pesawat Luar Angkasa. Agar bisa terbang ke luar, orang mesti menjadi salah satu warga negara tersebut.

Mohri pun menyimpan impiannya. Sampai pada usia 15 tahun, Mohri melihat Gerhana Matahari total yang memberinya motivasi baru.

“Saya melihat sebuah fenomena alam di mana Matahari tertutup Bulan. Semuanya gelap. Ini cuma bertahan 30 detik sampai Matahari berubah menjadi cincin. Terang dan hangat. Gerhana ini memotivasi saya pada sains (ilmu pengetahuan),” kenangnya.

Bertemu Astronot Pertama Indonesia
Minat sains itu kemudian mendorongnya untuk mempelajari nuklir. Mohri terus mempelajari bidang ini sampai suatu hari mendengar pemerintah membuka perekrutan astronot.

Dia turut serta dalam perekrutan itu dan berhasil bergabung dengan National Space Development Agency of Japan.

Pada 1992, Mohri berhasil terbang ke Luar Angkasa menggunakan pesawat ulang-alik Endeavor, sekaligus menorehkan namanya sebagai warga negera Jepang pertama ke Luar Angkasa.

Selama pelatihan untuk terbang ke Luar Angkasa di NASA, Mohri mengatakan pernah bertemu dengan astronot pertama Indonesia, Pratiwi Pujilestari Sudarmono.

Penerbangan Pratiwi sendiri dibatalkan setelah terjadi tragedi kecelakaan pesawat ulang-alik Challenger. “Sejak itu, saya berjanji padanya untuk membawa ilmuwan Asia ke Luar Angkasa,” kenang Mohri.

Tanpa Batas
Menurut Mohri, ketika di Luar Angkasa, hal yang masuk akal di permukaan Bumi tidak lagi berlaku. Melihat Bumi dari Luar Angkasa baginya merupakan sesuatu yang sangat indah.

“Melihat Bumi saya menyadari ribuan orang hidup berdampingan dengan mahluk lain di balik atmosfer, dalam bola bulat biru yang indah,” terangnya.

Dari Luar Angkasa, Bumi di mata Mori menjadi sesuatu yang begitu terhubung. Tidak ada atas-bawah dan tanpa pusat. “Hal pertama yang Anda sadari adalah tidak adanya perbatasan, tidak ada satu bentuk kehidupan pun yang tidak saling berhubungan,” kenangnya.

Awan yang terlihat dari Luar Angkasa pun, menurutnya terlihat menyumbangkan warna dan turut memberi bentuk pada Bumi. Kemajuan ilmu pengetahuan pun, kini menunjukkan bahwa segala sesuatu di Bumi memiliki hubungan.

“Genome, sains dan DNA juga menunjukkan bahwa segala hal di dunia ini berhubungan. Segalanya terhubung melalui alam, simbiosis, DNA atau lingkungan,” pungkasnya.