Bukti Konkret Pak Dahlan

PRESIDEN Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menunjukkan sikap marah dalam beberapa acara resmi. SBY tidak suka dengan kinerja pejabat negara yang enggan terjun ke lapangan untuk memantau hasil kerja anak buahnya. Langkah tersebut diklaim SBY sangat perlu, sehingga bisa dipastikan setiap agenda kerja berjalan dengan baik.

Seperti yang dikutip dari okezone.com. Sayangnya sikap tersebut tidak diikuti seluruh menteri yang notabene pembantu presiden. Entah apa alasan para menteri enggan memantau langsung setiap proyek yang menjadi agendanya. Realita tersebut bisa terbayarkan oleh tindakan Menteri Negera Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan.

Mantan Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (PT PLN) menunjukkan sikap tanggung jawab terhadap amanat yang diembannya. Salah satu bukti ketika Dahlan mengamuk di pintu tol Semanggi saat hendak berangkat rapat ke kantor Garuda. Dia melihat antrean panjang di pintu tersebut hingga mencapai 30 mobil. Sementara dirinya pernah menginstruksikan panjang antrean tidak boleh lebih dari lima mobil.

Melihat hanya dua loket yang terbuka, sementara loket lainnya masih tertutup, Dahlan ngamuk dengan melempar kursi petugas loket. Pemilik Jawa Pos Grup tersebut juga mempersilakan sekira 100 mobil masuk tol tanpa harus membayar.

Sontak tindakan Dahlan membuat manajemen PT Jasa Marga Tbk (JSMR) kebakaran jenggot. Meski membeberkan ada kelalaian dari petugas jaga, pengelola jalan tol tersebut mengaku salah. Bagi Jasa Marga, tindakan Dahlan menjadi shock therapy yang sangat berguna untuk mengubah kinerja yang masih amburadul.

Bukan hanya itu, Dahlan juga pernah melakukan perjalanan ke Istana Bogor dengan menggunakan commuter line atau biasa dikenal kereta rel listrik. Beruntung, kala itu Dahlan merasakan nyaman dengan layanan yang diberikan pengelola. PT Kereta Api (KA) pun selamat dari kritik Dahlan.

Secara umum, layanan jasa yang diberikan perusahaan milik BUMN dan yang dikelola pemerintah lainnya memang belum maksimal. Sehingga diperlukan tindakan konkret dari sang menteri. Tindakan seperti itu membuat perusahaan milik negara selalu berbenah. Pasalnya, kritik pedas dari masyarakat yang dalam ini pengguna kerap diabaikan.

Sebut saja bagaimana layanan rumah sakit di negeri ini. Pihak rumah sakit kerap meminta deposit di saat pasien dalam posisi kritis. Bukan hal mengherankan bila masyarakat menyebut layanan kesehatan rumah sakit milik swasta jauh lebih baik ketimbang yang dikelola pemerintah.

Artinya, apa yang dilakukan Dahlan hendaknya menjadi panutan bagi menteri lain, terutama yang bersentuhan dengan kebutuhan masyarakat. Seorang menteri akan mengetahui persoalan dan bagaimana cara menyelesaikannya bila sering terjun ke lapangan. Bukan lempar tangan bila lembaga yang dipimpinnya tengah menjadi sorotan masyarakat.

Sudah saatnya menteri yang lain lebih aktif melakukan pengawasan terhadap unit kerja yang dipimpinnya. Hilangkan budaya retorika atau bahkan pembelaan diri saat kinerjanya dikritik masyarakat. Dengan pola seperti Pak Dahlan, layanan jasa yang diberikan pemerintah terhadap masyarakat bisa sesuai dengan amanat undang-undang.

Sekarang ini bukan saatnya mencari kambing hitam. Tapi langkah konkret seperti Pak Dahlan lah yang sangat dubutuhkah. Pak Dahlan secara jantan tidak menutupi kepada masyarakat terkait masih kacaunya kinerja Jasa Marga. Padahal, Jasa Marga di bawah pengawasannya.

Mari kita tunggu apakah menteri lain mau mengadopsi tindakan yang ditunjukkan Pak Dahlan.