10 Pengarang yang mengeluarkan Satu Karya untuk Satu Masa

BANYAK buku yang memenangi penghargaan bergengsi dan menjadi penanda prestasi besar dalam dunia sastra dan tentu bagi penulisnya. Namun, banyak pula penulis besar yang berhenti menulis, setelah menghasilkan satu karya. Entah karena mengalami stagnasi kreativitas atau penyebab lain yang terjadi di luar kendali mereka.

Berikut 10 pengarang yang hanya mengeluarkan satu karya dalam hidup mereka seperti dikutip dari mediaindonesia.com. Buku mereka hingga sekarang menjadi bacaan wajib dan disarankan di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi di luar negeri.

1. Harper Lee (To Kill a Mockingbird)

Harper Lee dikenal sebagai penulis yang tertutup. Novel pertama dan terakhirnya To Kill a Mockingbird memenangi banyak penghargaan, termasuk Pulitzer untuk kategori fiksi pada 1961. Ada berita yang menyebutkan, Lee sempat berkutat pada penulisan satu buku lainnya, namun tidak pernah selesai. Keluarganya pernah mengatakan, Harper Lee berhenti menulis setelah salah satu draf novelnya hilang dicuri.

2. Ralph Ellison (Invisible Man)

Invisible Man memenangi National Book Award pada tahun 1953. Ellison berusaha keras untuk menelurkan karya lainnya, namun dia merasa mengalami kemacetan kreativitas. Ada satu karya Ellison yang belum sempat diselesaikan karena maut lebih dahulu menjemput. Namun, dalam rentang waktu setelah Invisible Man Ellison banyak menerbitkan esai.

3. Boris Pasternak (Dr Zhivago)

Pasternak adalah penyair besar abad 20. Dr Zhivago merupakan novel epik yang sudah mengalami perjalanan panjang. Naskahnya diselundupkan keluar dari Rusia agar bisa diterbitkan. Ketika Dr Zhivago memenangkan hadiah Nobel pada 1958, Pasternak terpaksa menolak karena mendapat tekanan dari pemerintah Rusia. Dua tahun setelah novel satu-ssatunya diterbitkan, Boris Pasternak meninggal karena kanker paru-paru.

4. Margaret Mitchell (Gone with the Wind)

Margaret Mitchell punya keinginan kuat untuk menulis dan membuktikan pada rekan-rekannya bahwa dia bisa menjadi penulis yang baik.Mitchell membuktikan dia lebih dari sekadar mampu. Novelnya Gone with the Wind memenangkan Pulitzer dan diadaptasi menjadi salah satu film paling dikenal dan dicintai sepanjang masa. Sayang, Mitchell tidak sempat menulis lagi, dia meninggal karena kecelakaan mobil.

5. Emily Bronte (Wuthering Heights)

Emily Bronte menulis banyak kumpulan puisi, dan sebagian besar menggunakan nama pena. Wuthering Heights, awalnya mendapat kritikan karena mendobrak gaya penulisan yang sudah lebih dulu popular. Novel ini diterbitkan atas upaya kakaknya menggunakan nama asli Emily Bronte. Tidak ada karya lainnya, Emily meninggal karena tuberkulosis.

6. Anna Sewell (Black Beauty)

Sewell tidak pernah berniat menjadi penulis. Black Beauty dia tulis pada usia 51 tahun karena kecintaannya pada kuda dan keinginannya agar kuda diperlakukan lebih baik. Butuh waktu enam tahun untuk menyelesaikan Black Beauty. Namun, begitu dipublikasikan, bukunya langsung meledak. Sayang, Sewell tidak sempat menikmati, dia meninggal karena hepatitis, lima bulan setelah bukunya dirilis.

7. Oscar Wilde (The Picture of Dorian Gray)

Wilde dikenal sebagai seorang penyair dan dramawan. The Picture of Dorian Gray adalah satu-satunya novel karya Wilde. Begitu terbit, muncul banyak kritikan karena dianggap terlalu berani. Novelnya masuk dalam pembicaraan sebagai salah satu penoreh gaya baru dalam sejarah sastra. Sejak mendapa kritik yang gencar, Wilde tidak pernah berkarya lagi.

8. John Kennedy Toole (A Confederacy of Dunces)

John Kennedy Toole dianggap jenius. Dia mengajar di Dominika College di New Orleans. A Confederacy of Dunces merupakan satu karya yang sangat dibanggakan Toole. Namun saat itu tidak ada satu penerbit pun yang mau menerbitkan.

Toole putus asa dan prilakunya menjadi eksentrik. Karena depresi berat, dia akhirnya bunuh diri pada 1969. Setelah kematian puteranya, sang ibu terus berusaha agar karya anaknya bisa diterbitkan. Dia menemui penulis Walker Percy dan memaksanya untuk membaca A Confederacy of Dunches. Setelah membaca Percy jatuh cinta pada karya tersebut. Pada 1980 atau 11 tahun setelah kematian Toole, buku itu diterbitkan. Pada 1981, John Kennedy Toole memperoleh hadiah Pulitzer.

Sebenarnya pada usia 16 tahun pernah menulis novel The Neon Bible, tapi Toole sendiri tidak menganggap karyanya istimewa. Dia menyebutkan hanya sebagai keisengan remaja, sehingga dia sendiri tidak pernah berusaha membawa ke penerbit. Novel yang ditulis di masa remajanya itu baru diterbitkan pada 1989.

9. Sylvia Plath (The Bell Jar)

Banyak orang berpendapat, The Bell Jar mencerminkan konflik kehidupan Sylvia Plath. Dalam kehidupan nyata, Plath berjuang dengan epresi bipolar dan harus menghadapi suami yang tidak setia. Seperti cerita dalam bukunya, Plath akhirnya juga bunuh diri setelah bukunya terbit.

10. Arundhati Roy (The God of Small Things)

Arundhati Roy adalah penulis asal India. Dia seorang aktivis yang masih aktif hingga sekarang. Tulisannya berupa esai politik dan sejenisnya sudah banyak diterbitkan. Namun, hingga saat ini, The God of Small Things masih merupakan novel satu-satunya karya Arundhati Roy. Novel ini memenangi Booker Prize pada 1997.